Sunday, December 10, 2017

Egois

Sekian lamanya waktu ku tunggu
Ku rela tak beranjak dari tempatku berada
Berpayungkan awan gelap berselimutkan debu beterbangan
Aku tak juga bergerak

Aku tak bisa pahami seperti apa jadinya ceritakan mimpi di tengah kemelut membelit
Tak mampu ku pejamkan mata walau sesaat lamanya
Sirna segala apa yang telah di antarkan oleh pemilik cinta
Hanya kesombongan belaka bertopengkan kepalsuan
Aku tak juga jera

Aku masih tetap disana
Disudut gelap menanti senja menjemputku
Sembari mulut ku berkomat kamit tak beraturan
Apakah makna yang telah kulakukan sepanjang jalan kenanganku
Aku pun tak tau apa yang terjadi
Semuanya seperti sungai yang mengalir

Sunday, November 19, 2017

Senja

Aku masih disini seorang diri
Menatap sang waktu yang beranjak meninggalkan diriku sendiri
Perlahan cahayanya semakin menjauh dan hilang
Dan gelap gulita melingkupi ragaku
Aku masih disini

Sepi yang kurasakan kini semakin merajam jauh menusuk kalbu
Tak seorang pun yang melihat aku terjatuh
Betapa pilu hatiku
Gelap pun ikut meninggalkan aku bersama mimpiku yang semakin menjauh

Tuesday, October 31, 2017

Matahari di ujung senja

Aku diam
Aku pilu
Aku terluka
Aku menangis
Aku tersesat
Tapi tak pernah terbersit mengakhiri masa ini
Aku diam saja
Ketika matahari beranjak meninggalkan diriku
Dan pergi membawa cahaya bersamanya
Meninggalkan kelam yang mengintip di kejauhan di penghujung waktu

Aku pilu seorang diri tiada apapun
Hanyalah sepi bertemankan kegelapan disini
Ketika sang waktu mengitari dan hanya melirik saja
Aku tak apa-apa
Aku hanyalah malam tanpa sinar bulan purnama
Tak juga menjadi matahari ketika tiba di ufuk timur

Aku terluka ketika melangkahkan kakiku ini
Terseok seok melintas di tajamnya kerikil yang menggoyahkan pendirian batin kecilku
Pedihnya menghujam jauh kedalam hati
Dan membuat lubang besar nan menganga di situ
Tak bisa ku tebak apakah dia sembuh ataukah akan mati bersama sang waktu

Aku menangis tanpa penopang tanpa tongkat
Aku tak bisa menjadi diriku kini
Kelam sudah membawa cahaya yang menjadi temanku
Tak diberikannya aku kehangatan dan kasihnya
Aku menggigil kedinginan di sudut malam
Tiada pembungkus tulang kerdil nan papa ini
Aku merasa tak berguna

Aku tersesat ternyata
Cerita ini tak berujung pada waktunya
Hanyalah pergi dan takkan bisa kembali lagi
Rembulan samar samar mengejek ku di atas sana
Tapi dia bersembunyi dibalik awan yang tak ingin berteman dengan ku
Aku tak bisa apa saja
Hanyalah mengikut kemana angin bertiup
Aku melangkahkan seluruh kehidupan yang semakin terasa kosong melanda diri
Aku diam

Monday, October 30, 2017

Masih disini

Aku masih disini
Bersama dengan mentari yang setia bersinar
Mencari segenap penghuni isi jiwa
Berkelana sejauh mata memandang dan berharap aku tak kesepian sendiri
Aku pernah berjanji bahwa dunia ku pandang selalu
Dari kejauhan tatapanku terpahat hanya dirinya sendiri
Tak beranjak walau sejengkal kakiku ini
Hanya terdiam tiada pengharapan
Aku masih tetap disini
Bernyanyi diantara kesepian yang melanda
Sayup ku lihat ke depanku dan tak ada kutemukan kedamaian
Hanyalah hampa yang menjadi jawaban dari segala pertanyaan
Keabadian seakan menjadi ilusi saja
Semuanya palsu
Aku akan tetap berdiri tegak sendiri disini
Bersama netra kecilku yang menatap ke langit biru
Kurentangkan kedua tangan ku menantang bayu
Ku teriak dan semakin terasa kekosongan di hadapanku
Aku ternyata sendiri disini

Palsu

Bertuturlah kisah diantara seorang insan
Ketika hatinya berkelana kepada sesosok makhluk sempurna
Penuh idaman penuh pesona terselubung
Namun tiada daya tiada upaya perlakuannya
Hanyalah mengikut dari kejauhan saja
Mengerling ketika bertatap mata
Raga serasa dihempas jauh kebawah
Naluri ikut bergelora menghempas karang
Penuh semangat yang siap membakar raga
Namun semuanya hanya sebuah cerita semata
Takkan pernah ada namanya pemilik kapalnya yang ingin berlabuh
Di kejauhan dia memandang saja
Rupanya ilusi yang mengikuti jejaknya
Sejenak ia jatuh bersimpuh
Tak mampu lagi berujar walau satu kata
Seolah semuanya hilang tak berbekas dan musnah
Dia hampa dan hanya mampu melipat kedua tangannya seraya berkata aku jatuh kini

Tuesday, October 17, 2017

Bebas

Ketika anda berkumandang melintasi jagad raya
Serentak naluri ku beranjak mengikut pandangan mata hati
Batin ku bergejolak melawan takdir yang mengikat
Aku tak mampu hanya diam tanpa kata ataupun membisu diantara gejolak yang menghempas raga
Seirama si penguasa langit bernyanyi merdu
Mengepakkan kedua sayap indahnya yang mengukir di angkasa raya
Berkelok indah bagaikan lukisan alam yang sudah di bentuk oleh kesempurnaan
Bebas dan bebas tiada hambatan
Segala aral melintang menjadi sebuah kabut semalaman yang pudar di hela sang mentari pagi
Sempurna

Monday, October 9, 2017

Sakit

Semalam kisah kita tidak berujung bahagia
Cerita yang kini menjadi sebuah dilema diantara dua dunia
Terpaut diantara bayang bayang yang semakin menyilaukan netra
Aku tak bisa apa apa lagi
Kini senja sudah mulai mendekat dan angin laut menyapaku
Menyelami kedalam relung hati yang semakin keropos
Aku sendirian berdiri disini
Perlahan sinar mentari semakin pudar
Hilang ditelan waktu yang bergelora untuk menerjang
Ketika asa pudar dan mulai hilang perlahan
Aku masih tetap disini sendiri
Kelam melindungi ku di balik dedaunan
Menatap mentari yang beranjak meninggalkan jejaknya
Air mata perlahan jatuh melintasi pipi
Jatuh ke bumi dan tak kembali lagi
Namun aku tetap disini

Hitam ku

Apa kabar hitam untuk dunia
Yang mengejek betapa sempurna nya dirinya
Yang menjatuhkan hukuman bagi setiap pecinta terang
Yang mampu meluluhlantakkan segala aral di hadapannya
Dia tak bergeming tak beranjak
Kepingan amarah kian merasuk dan menjelma menjadi bongkahan dendam
Yang akan meledak ketika kebaikan melingkupi
Hentakan kaki pun menggetarkan bumi
Sangkakala pun seakan tertawa dengan nyaringnya
Semuanya itu adalah lukisan nyata
Setiap mata akan memandang dan berkata
Aku hitam

Thursday, October 5, 2017

Andai

Ketika matahari tertutupi oleh awan putih
Kau melihat seolah dia gelap
Terselubung disembunyikan oleh sang bayu
Nun jauh diatas sana dia tetap membara dan silau
Ketika setiap raga Berselimutkan kepalsuan yang kau tak tau
Kau melihatnya seakan mereka adalah makhluk fana nan papa
Menengadah seakan mereka hamba dunia Bertelut dengan sang mentari yang membakarnya
Kau tetap melihat apapun yang Kau lihat benar
Itulah adanya mereka
Ketika hidup selama ini seakan berhenti berputar
Dan melepaskan segala beban yang menghimpit nyawa yang bertuankan si kaya
Melebur bersama emosi yang semakin pongah dan tak mampu digilas sang waktu
Detik demi waktu seakan pergi meninggalkan jejaknya padamu
Ketika senja temaram digantikan oleh malam yang gelap di ujung sana
Jangan kau pernah mengusik kisah ilahi yang tertata rapi
Rapuhnya dahan seolah kau kan mengusir ketakutan dia kan melukai ragamu
Sesungguhnya dia sudah tiba waktunya untuk berhenti berharap dan tumbuh kembali
Bumi pun akan menerima dan menenggelamkannya bersama dengan dedaunan yang kering membungkus tulang
Ketika jejak langkah terhapus oleh waktu yang berputar
Tak usah kau hiraukan dia
Biarkan dirinya berkelana sendiri dan mengumpulkan kisah sejati nyata nya yang akan menjadi catatan dalam setiap suratan takdirnya
Jangan kau pernah berkata seolah kau adalah tuan segalanya
Jalan takkan selalu rata namun engkau harus tetap melangkah

Sang pencari kehidupan

Sejuta kata terucap dari bibir
Melepaskan dahaga akan kehilangan segalanya
Ketika mentari mengusir malam kelam
Berganti dengan jingga kemilau di ufuk timur
Senantiasa dalam jangkauan hati dan jiwa yang menyatu
Semua akan menjadi kenangan
Serentak barisan sang pencari nafkah melangkah tegap kedepan
Teteskan peluh yang menyibak daging
Melawan cahaya menuju ke ujung jalan
Mencari arti hidup bersama waktu yang mengiringi langkah kaki ini
Menjejakkan langkah demi langkah mengusir ketakutan di jiwa
Akan kerasnya cerita hidup di dunia
Semuanya itu adalah lukisan nyata terpampang jelas di depan mata
Berharap awan kan melingkupi dan menyembuhkan luka raga
Seumpama ilalang hijau berubah menjadi hitam bersama kenangan yang terbakar oleh masalah
Namun hidup tetap berjalan

Wednesday, October 4, 2017

Kau

Kau adalah langit
Yang memiliki kuasa akan menghitam kan bumi
Kau adalah awan yang bisa menggelapkan dunia
Kau adalah hujan yang bisa memudarkan segala aral melintang
Kau adalah segalanya ketika bumi tak mampu melihat putihmu
Kau adalah cerita yang takkan pernah berakhir di ujung pena
Yang selalu terulang kembali ketika semuanya dimulai lagi
Terjadi lagi ketika semuanya akan kembali ke asalnya
Kau adalah bintang di malam kelam
Yang mampu memberi titik titik indah
Menciptakan suasana baru mengharap purnama
Semuanya sempurna
Kau adalah bulan terang ketika awan beranjak meninggalkan jejaknya dan serentak menyinari sang gelap di separuh hidupnya
Begitu nyata segalanya ketika kau terasa di ujung jari
Kau adalah mata yang menyaksikan segalanya terjadi
Melihat apa yang harus kau lihat dan rasakan mengalir di sekujur tubuh dan indah
Semuanya adalah kau
Sang pemilik jiwa yang kesepian bersama di ujung hening ku

Friday, September 29, 2017

Syukur

Bila mendung menutupi mentari
Menghentikan hangatnya yang indah
Dan gelap serentak melingkupi seluruh tubuh ini
Jangan kau padamkan jua dian dalam tempayan
Pabila kau rasa sepi tiada ampun
Jangan pernah kau tinggalkan jejak hitam itu di belakang
Dan menghilang perlahan bersama sang waktu
Adakah semuanya akan kembali ataukah dia hilang selamanya
Jangan kau tanya lagi apapun
Biarkan hitam tetap berada di kegelapan di Ujung sana
Jangan kau teteskan noda setitik pun
Jangan kau hancurkan keabadian mereka yang setia kepada sang waktu dan akan mati pada waktunya
Dan ketika gelap mulai mendekati setiap raga dan membuat ilusi seakan nyata
Maka biarkan saja
Kita hanya perlu berada dimana kita akan terjatuh dan tak bangun lagi
Semuanya indah pada waktunya

Sunday, September 24, 2017

Selamat pagi

Seumpama ilalang di tepi jurang
Indah dipandang namun tidak untuk di tempati
Laksana hijaunya yang menyejukkan kalbu siapapun yang melihatnya
Abadi di pelupuk mata
Tarian lembutnya bak putri kahyangan
Gemulai diterpa sang bayu yang melintas
Terpampang nyata dihadapan bumi
Serentak lagu alam berkumandang di angkasa
Pepohonan bak serdadu hijau menyala
Semuanya indah
Seperti bunga bakung di tepi jurang
Indah dipandangi oleh setiap jiwa
Bersembunyi bersama akar melintang
Takkan sampai tangan menggenggam
Hanyalah netra yang mampu menembus keindahan mungilnya
Berpijar terang seperti mentari pagi
Sejuk menerpa kulit keriput
Bertelut di balik pohon pinus nan tinggi
Biarkan cahaya turun ke bumi
Ku hela nafasku dan menariknya masuk kedalaman raga
Melipat ruas jari bersama mata yang terpejam
Menikmati suasana hidupnya yang terasa sempurna
Semuanya indah

Saturday, September 23, 2017

Semangat

Aku masih disini
Berharap segala apa yang terjadi menjadi milikku saja
Semuanya menjadi kenyataan yang tidak menyilaukan netra kecilku
Yang selalu ku ulangi dan tak pernah ku hentikan
Bagaikan angin yang berhembus lembut melintasi bumi
Dia pergi kemana dia mau
Bukan balasan dia harapkan
Bukan juga permata palsu di dalam bongkahan batu
Namun cinta kasih nyata yang melingkupiku
Aku masih disini bersama mentari yang bersinar cerah
Yang selalu menghantarkan dan membakar semangat yang bergelora
Tak hentinya aku berteriak kencang
Bergema di angkasa sorak sorai suaraku
Dahsyat sungguh kekuatan cinta

Aku tak lemah

Jangan kau hina aku
Apabila aku tak pernah sempurna
Apabila aku terseok melangkah ataupun bersama kuk yang mengikat ku
Jangan pernah kau cemooh diriku
Pabila tanganku tak mampu menggenggam erat dunia ini
Jemari ku pun tak bisa disentuh oleh dunia bahkan cakrawala
Jangan kau ludahi aku
Bila kau melihatku merintih dan meronta di kubangan lumpur hidupku
Ketika tanganku terangkat menengadah pada setiap nyawa
Jangan sekalipun kau lempar aku dengan masalah yang kian menghimpit tubuhku
Karena si pembuat onar pun bosan padaku
Bonekanya tak menarik lagi untuk di permalukan
Tak bertulang lagi serasa kakiku
Bukan aku inginkan seperih ini
Tak ku mau jalanku berkerikil tajam
Namun apalah dayaku dibanding dengan dunia
Aku akan terjungkal ketika mereka berdiri serentak
Aku kerdil semakin menciut
Bumi pun seakan keras dan tak bisa ku jangkau lagi
Jangan engkau tertawa padaku
Pabila kau melihat mataku memandang kosong kedepan
Dan melemparkan tanganku bersama bayu yang bertiup lembut
Aku bukannya tidak tahu kemana angin kan berhembus dan bergelora
Namun aku hanya bisa tersenyum dan berdoa
Melipat kedua tanganku dan ku ucapkan pelan di dalam hatiku
Aku tak pernah menyerah

Cemas

Pernahkah kau merasa sendiri ditengah keramaian
Tiada seseorang yang melirik dengan ujung matanya
Ataukah berdecih pelan menghina dengan tajamnya
Namun kau tak di acuhkan
Sesaat kemudian terjadi dan berulang kembali seperti semula
Kau diam saja tanpa gerakan indahmu
Tapi kau tetap tak dianggap
Pernahkah kau menangis sendiri bersama rintik rinai hujan yang turun membasahi bumi
Yang jatuh dengan lembutnya bersama luruhnya air mata di pipimu
Melintasi sekujur tubuhmu diiringi halilintar menghardikmu disana
Namun kau tak dilihat siapapun
Nada lembut yang mendayu keluar dari bibir mungilmu
Tak juga membuat kau dipandangi oleh makhluk bermateri
Yang membawa bongkahan besi berwarna terang di tubuhnya
Berlenggak lenggok bagaikan burung merak
Berlapiskan keindahan dunia yang terasa sempurna menutupi buruknya dirinya
Pernahkah kau berlari kencang di tengah kerikil tajam
Kau jatuh namun tak ada yang menolongmu
Kau teriak kan segala keluh kesah namun tetap juga kau bergelimang di dalam kesakitan mu seorang
Sementara mereka tertawa melihat wujud mu disana

Sendiri

Ketika langit hitam kupandangi
Hanya hitam tanpa noda setitik pun
Jalanku tersesat bersama ragaku yang terjatuh di sini
Aku tetap sendirian
Tiada dian penuntun langkahku
Tiada tongkat penahan raga ku
Tiada kasut yang melindungi kaki kecilku
Apapun tiada  terlihat
Aku bagaikan makhluk hina disini
Tersembunyi dibalik pembuangan akhir
Hanya tercium aroma busuk menusuk ke tulang
Tak kan ada yang melihat wujud ku
Aku kecil dan papa di balik cerita ini
Ketika samar ku lihat seberkas cahaya di ujung sana
Perlahan menyilaukan netra ku
Hatiku bersorak sorai karena ku merasa dia menjemputku dari gelap ini
Ku lekukkan badanku dengan gemulai
Seakan bercerita bahwa aku gembira disini
Namun ternyata cahaya itu perlahan membutakan netra ku
Dan meninggalkan diriku sendiri di tepi hidup ini
Aku terpaku dan terkulai lemah
Tak kuasa kupandangi dan semakin suram
Tarianku pun mulai menghilang perlahan
Aku takkan bisa pernah di lihat oleh jiwa
Aku sedih sendirian
Disini disudut gelap aku berdiri
Ku undur diri selangkah mundur dan akhirnya menghilang bersama gelap yang menelanjangi dan menelan ragaku

Friday, September 15, 2017

Selamat pagi

Pagiku telah datang kembali
Bersama dengan desir desau air gemericik
Yang menebarkan aroma basah
Menghantarkan sejuknya menelisik raga
Sempurna
Bersamaan dengan suara decit burung kecil yang bersuara merdu di sarangnya
Dia bernyanyi dengan nyaring dan melepaskan beban yang menghitam di malam kemarin
Bersamaan muncul nya lembayung jingga di kejauhan sana
Semakin merona diriku dibuatnya
Aku merasa sempurna
Segalanya ku genggam bersama asa yang kupahat rapi di dalam hati
Bersama dengan doa doaku yang terujar bersama bibir ini
Aku merasa sempurna
Kulihat di sana
Segerombolan anak manusia beriringan
Tertawa riang gembira mereka
Tiada beban menghadang dan menghalangi jejaknya
Mereka merasa sempurna menjemput pagi yang menjelang
Dan bercerita akan mimpi yang belum usai di ceritakan
Kulihat jua di sana di ujung jalan sana
Asap mengepul lembut bagaikan alam yang terbatuk merdu
Bersama dengan indahnya suara dapur si istri yang bersahutan dengan irama suaranya yang memanggil seluruh penghuninya
Aku merasa sempurna
Ku nikmati lagu alam dari sini
Dari sudut kota yang penuh cerita yang tak pernah berakhir
Ku jejalkan biji bijian bumi kedalam tubuhku
Bersama dengan tegukan kenikmatan si pelepas dahaga ku
Aku merasa sempurna

Jika malam telah tiba

Jika malam telah tiba
Dan sang mentari kembali ke haribaan bumi di ujung barat
Meninggalkan sisa kepongahannya sesaat
Menyisakan cerita yang takkan pernah usai diberitakan oleh si penguasa langit
Bersahutan berkoar memekakkan telinga si makhluk kerdil di tepian sungai
Saling berbagi kisah hidupnya yang terasa sempurna di rasa dan cukup untuk menjadi pedoman di kelam hari
Samar kedengaran jejak langkah kaki melintasi bumi tempatku berpijak
Semakin mendekat dan semakin kuat iramanya
Tiada lagi pelindung selain malam yang menyiksa dan mulai dingin sekujur tubuhku
Ketakutan semakin nyata terpampang di hadapan netra
Akankah aku mati disini
Dikala senja baru meninggalkan Daku seorang
Ataukah aku harus bergegas menghanyutkan diriku bersama aliran sungai kehidupan yang semakin deras ini
Aku bingung dan mulai menangis pilu

Wednesday, September 13, 2017

Sebait doa

Wahai kau sang pemilik bumi
Yang bertahta di atas singgasana keemasan berpijar terang
Pemilik semesta tak berkesudahan ini
Yang berlafazkan untaian nada nada indah mengalun merdu
Kau lah sang empunya setiap raga dan jiwa yang bergelora
Tak ada hentinya nada indah berkumandang di ufuk timur hingga senja di barat yang bak lembayung kemilau
Tak putus-putusnya rasa sujud syukur ku panjangkan kepada Engkau
Tiliklah kedalaman hati ini ya maha pengasih
Akankah semuanya ini abadi sepanjang hari
Ku lantunkan lagu pujian dari mulut nan hina
Bertelut di kegelapan malam sendiri bertemankan dian
Sang bayu meniupnya dan menutupi seberkas cahaya yang melingkupiku
Aku hanyut bersama kesuraman yang semakin lama semakin besar dan hilang
Aku masih tetap berdiam

Tuesday, September 12, 2017

Angkuh

Jika matahari membawa duka bagimu
Apa kabar sang bayu yang menghempaskan semua hidupmu
Jangan kau hitung berapa jumlah hujan
Karena dia takkan mau bergurau dengan ceritamu
Ataupun kau pahat semua doamu di dinding ragamu
Dia hanya diam dan tertawa melihat kau seolah bangkai yang berbau busuk
Bila semua raga seirama meninggalkan mu
Apa kabar dunia yang kan menolak kedatangan dirimu
Jangan kau pura pura mencintai kepolosan mereka
Karena semua akan kembali meminta milik mereka
Semua jiwa menanti akan cahaya pagi yang hangat
Semua nafas menyatu bersama iringan nada alam berkumandang di kejauhan
Jangan kau paksakan bila kau tak mampu berdiri
Apakah itu bisa membuat mu bahagia
Ataukah itu membuat mu tertawa riang gembira
Jangan kau tuduh pepohonan yang merapat di tepi tebing
Yang menyembunyikan jurang di sampingnya
Seolah mereka tidak melihat kau melangkah
Akankah kau juga memaksa burung di langit untuk mendengar nasihat palsumu
Oh wahai engkau yang mengaku anak Adam
Apakah yang kau tuju dalam perjalan panjang ini
Apakah harapan semua dunia ini akan kau genggam?
Tuhan saja selalu berbaik hati berbagi nafas denganmu
Apakah kekayaan itu membuat mu buta dan seolah tak melihat semak di hadapan netramu
Ataukah kerikil kau pikir jua menjadi berlian abadi
Kau sungguh terlalu luar biasa
Kau pamerkan segenap kekuatan kedua tanganmu sembari kau berbicara lantang
Pasanglah segala keindahan dunia di raga dan jiwamu
Berjalan bagaikan boneka kayu yang kian menunduk akibat kuatnya tekanan bumi
Menjatuhkan dan membuatnya tak berdaya pada mata jiwa yang melihat
Akankah kau juga menyalahkan sungai yang menghalangi langkah kakimu
Kau tak bisa melewati setiap masalah yang menerpa
Seolah kau takut akan hilangnya tenaga sesaat yang hinggap di kedua kakimu
Tergerus oleh aliran air yang membersihkan setiap makhluk yang datang
Akankah gunung disana kau hina karena mereka membungkukkan badan nya kepada bumi
Berselimutkan rerumputan hijau di antara setiap pohon
Kau anggap itu adalah zamrud yang melingkar di jari tanganmu
Oh wahai engkau mahkluk fana
Semua akan selalu menjadi batu sandungan bagi hidupmu
Takkan kau hiraukan suara panggilan di penghujung waktu
Takkan kau lihat prahara yang kan datang menghampiri semuanya
Namun kau tetap angkuh di sudut sana
Itu kau buat menjadi tuanmu

Aku

Aku adalah aku
Bukan dia ataupun mereka
Bukan juga seorang pemilik dunia
Aku hanyalah aku
Seorang musafir yang berjalan kemana angin kan meniup kan diriku sendiri
Berjalan bersama sang waktu yang setia di sisiku
Yang setia dari ufuk timur hingga dia pergi meninggalkan diriku bersama gelap yang menjemputnya nanti
Namun aku tetaplah aku
Seorang merdeka tiada pantangan
Melangkah kemana kakiku akan menuntun setiap jejak yang bisa ku ikuti
Aku bukan lah budak zaman
Bukan juga seorang bertuankan kemegahan
Namun aku hanyalah aku saja
Si mahkluk bebas kemana setiap mata memandang aku kan berada disana
Disetiap sudut kelam ataupun senja
Aku tetap memandang teguh kedepan
Tidak goyah tiada ragu tuk berujar
Jiwaku hanya milikku sendiri
Hanya Tuhanku saja pemilik ragaku
Bukan apapun yang menjadi tongkat hidupku
Seiring berjalannya waktu nanti
Aku masih berjalan dan berjuang
Apapun rintangan di hadapanku adalah bayangan yang harus ditempuh
Aral melintang menjadi santapan harian yang kian bergelora
Prahara pun akan kuterjang demi keindahan abadi
Aku hanyalah aku bukan siapapun
Seorang musafir yang selalu menyapa setiap jiwa yang melintas di hadapannya
Bercerita tentang hidup yang berlalu kemarin
Aku adalah aku si pemilik ragaku

Monday, September 11, 2017

Elegi kehidupan

Aku bukanlah seorang manusia tiada dosa
Yang membersihkan diri dalam kubangan kepalsuan
Hanyalah sebuah lilin yang kecil
Yang kan pada akhirnya kan padam ketika habis sudah kekuatannya
Memberikan sinar kecil hangatnya
Mampu terangi sudut kelam di sebuah penjara jiwa
Aku bukanlah musafir yang mampu berkelana bersama hitungan waktu
Hanya bergeming ketika waktuku telah usai dan aku musnah
Detik demi detik kan berlalu bersama sebuah hitungan kehidupan
Kembali lagi namun dengan aura tak sama
Tak lagi ceria seperti kemarin
Tak lagi tertawa seperti dahulu kala
Tak lagi tersenyum seperti biasanya
Tak lagi sama seperti dahulu
Ketika aku mencoba melangkah kedepan
Kulihat ada belenggu mengikat di kedua kakiku
Melemahkan raga musnahkan asa dan doa ku
Sampai dia pemilikku pun terhina karena ku
Seperti itukah cerita yang harus dilalui oleh si jiwa nan papa ini
Tak mampu walau hanya sekilas pun
Seakan semua pergi meninggalkan Daku di kursi pesakitan tak bertuan kemiskinan
Dia tertawa dengan suara reotnya
Tak mampu bergeser ke depan lagi
Atau aku kan terjatuh tanpa bisa bangun lagi seperti sedia kala
Apakah suka dan duka akan menjadi musuh abadi di setiap usaha tanganku
Aku pun tak tahu apa gerangan garisan tangan ini
Ku rasa gelap semakin melingkupiku
Semakin terjebak dalam sebuah badai bergelora
Luluh lantakkan tubuh keriput nan kerdil ini
Haruskah itu juga menjadi bagianku ?
Aku hanya diam dan tak mau apapun
Ku takut langkah kan walau sedetik saja
Aku takut ku kan hilang dalam  sekejap
Ketika pusaran kepalsuan berkeliling di atas kepala ku
Seakan menjadi mahkota penuh dusta dan hinaan si tuan nan kaya raya
Aku hanya mampu melihat ke bumi saja
Tak bisa lagi tengadahkan kedua tanganku walau hanya sebentar
Aku tak mampu

Friday, September 8, 2017

Hening di ujung nafas

Setega itukah langit menghunusku dengan pongahnya
Sehancur itukah jiwa ku kini
Meratapi diri di balik bebatuan hitam di ujung tebing yang tinggi
Apakah semua pedang ini akan membunuhku secara cepat ataukah perlahan lahan namun menyisakan dendam
Aku tak berdaya terikat di sini
Aku tak kuasa beranjak walau hanya sejengkal saja
Namun seakan bumi pun ikut menolak kedatangan ku
Tak dihiraukannya teriakan tertahan dari bibir perih ku
Ku Coba melepas jiwa dari ragaku namun lihatlah tebing seakan menghalangi niatku
Dedaunan mengejekku dengan tarian angkuhnya
Tiupan sang bayu seakan berbisik padaku
Kau lemah tak berdaya namun kau takkan bisa melakukan apapun
Aku terisak dan bertelut disini
Merintih mencoba melepaskan dari jerat kehidupan tak kekal ini
Namun sembilu menyayat sekujur tubuhku
Satu sayatan indah di torehkan ilalang pada raga ku
Tapi tak jua ku meninggalkan jiwa ini
Merintih pun seakan tak bernada merdu lagi
Sesaat kurasakan putih di hadapanku
Tapi hilang jua akhirnya
Aku masih disini bersembunyi

Tuesday, September 5, 2017

Hujan di kala senja

Terbayang wajahmu ketika kau terlihat oleh pandangan netra ku
Berdiri sendiri di sudut senja bersama bayanganmu
Kau tengadahkan sejenak keatas sana
Semilirnya angin yang bertiup lembut
Melintasi ragamu dan mengajak untaian rambut indahmu menari
Menghalangi penglihatan ku akan betapa sempurnanya kau bersama petang menjelang
Kau diam tak bergerak
Kau kaku tak beranjak
Seakan kau terpahat hanya untuk disana saja
Walau dunia melintasi mu namun kau kokoh disana
Aku ingin mendekat padamu dan berbisik merdu
Tapi jiwaku berontak dan tak bertenaga
Tak mengaung dan bergema batinku didalam tubuh
Hanya mampu melirikmu dari sini
Seiring berjalannya waktu
Rintik rinai hujan berlari menuju bumi
Bagaikan anak panah melesat tajam
Kau tak bergeming walau sejengkal saja
Dan dia mulai membasahi sang bumi
Dan menebarkan aroma basah menusuk hidung
Aku mencintainya katamu
Kau peluk dirimu bersama angin yang menerpa
Semakin lama semakin tak berguna
Dinginnya petang pun seakan melengkapi sejuta tangisnya
Dalam diam jatuh bersama sang hujan
Aku hanya bisa melirik mu dari sini

Thursday, August 31, 2017

sepanjang waktu

sepanjang waktu yang sudah berlalu kini
menghilang bersama malam yang menyapa setiap jiwa yang kesepian
tiada daya upaya melepaskan diri dari jerat kehidupan yang menghimpit
tiada nada yang mengalun lagi di kumandangkan bersama senja yang samar samar indah di penghujung hari
serentak semua menghilang tak berbekas tak bersuara
gelap kini melingkupi semesta
sepanjang waktu yang semakin kelam dan semakin pudar
dibayangi oleh kepalsuan yang semakin merajalela diantara jiwa murni tak bertuan apapun
tak mampu lagi untuk berdiri diantara kedua kaki kurus kering
terikat bersama rantai yang menjerat erat si manusia hina
bersimpuh dan rebah di haribaan bumi
lelah
sepanjang waktu yang tiada pernah berakhir
dan takkan pernah mampu untuk bermimpi lagi
tak ada lagi lagu semangat pembakar jiwa yang kesepian
semuanya musnah dan hilang tak berbekas
hilang bersama bayu yang bertiup pongah di tengah teriknya sang pemilik hari yang semakin pongah di angkasa
membakar setiap nyawa yang terikat oleh sebuah harapan palsu
tiada memberi mega untuk berlindung dari panasnya dunia
sepanjang waktu yang semakin gelap akankah berakhir?
lihatlah di ujung sana ada sekumpulan mega mendung
akankah dia memberi harapan abadi bersama turunnya rintik rinai hujan yang berlarian mengejar bumi pertiwi
ataukah hanya fatamorgana di tengah gurun gersang di ujung bumi
akankah segalanya bermuara kepada sebuah kepastian
sepanjang waktu yang takkan pernah bisa di ingat oleh seorang jiwa yang tak pernah merdeka

llalang hijau

ilalang hijau di tepian senja bertemankan sepi
pandangan netra berkabut sepi diantara sang waktu yang mengitari
berhembus lembut ditiup sang bayu yang berlalu dengan merdu
ditemani iringan nada alam yang mengalun melintasi raga kerdil di penghujung kelam
sempurna cerita hidup bersama warna lembayung yang mewarnai hari ini
tiada beban lagi kurasakan disini
aku bebas seperti sang ilalang
berada ditepi bukit yang berkumpul menjadi sebuah permadani menghampar disana
mereka bahagia
serentak sang penguasa langit melintasi jagad raya
di kepakkannya sayap yang indah dan menatap pongah ke bumi
dia teriakkan bahwa dialah penguasa dunia ini sekejap
sebelum malam menjemput dan mengubah segalanya menjadi hitam bernoda bintang bintang di atas sana
ilalang hijau di tepi bukit tak bertuankan apapun
namun dia bahagia menari bersama bayu yang mengajaknya meliukkan si tubuh kerdilnya
tiada apapun aral melintang yang menghalangi semangatnya
sempurna

Sunday, August 27, 2017

medan dan ceritanya

sebagai seorang makhluk yang hobi mencuri waktu dengan jalan-jalan ala anak kost dengan memanfaatkan waktu yang sedemikian sempit, namun bisa menjadi sebuah cerita yang sangat berharga akhirnya.
bermula dari ajakan seorang teman untuk mengunjungi sebuah lokasi wisata daerah di kota medan dan menggunakan dana seminimal mungkin dan bagi sebagian orang akan tak percaya bahwa itu bisa terjadi.
kota medan adalah kota sejuta umat dengan kearifan lokalnya yang sangat beragam,semuanya ada dan saling melengkapi satu persatu. dari kuliner sampai bangunannya yang beragam.
saya memulai langkah pertama saya dengan mengunjungi tempat wisata yang sudah terkenal ke mancanegara namun masih kurang dikenal oleh warga lokal medan sendiri,yaitu sebuah gereja katolik annai velangkanni yang berada di daerah tanjung selamat,kota medan sumatera utara
keunikan bangunan gereja ini terletak pada struktur bangunannya yang mirip sekali dengan tempat beribadah umat hindu india.bahkan pendirinya adalah seorang bapak keturunan india tamil.
berlanjut ke tempat lainnya,kali ini sebuah tempat beribadah umat tionghoa yaitu vihara,konon kata orang-orang sekitar bangunan ini sudah lumayan lama berdiri di kota medan namun masih dijaga bentuk bangunannya dan juga areanya yang bersih dan tenang

Tuesday, August 1, 2017

Pudar

Apa bedanya hitam putih dan abu-abu
Mereka hanyalah sekumpulan citra yang samar-samar
Tak dianggap rendah namun juga tak  sempurna
Laksana langit jingga di ujung senja
Indah nian walau hanya sekejap
Berakhir jua jejaknya ketika kelam menjemputnya dan hilang bersama sang waktu yang mengitari
Apalah daya sebuah raga pabila tiada daya upaya
Hanya bertuankan doa bertelut di balik bilik keropos
Berharap badai ian berlalu dari segala cerita nyatanya
Tapi lihat kenyataan yang menghampiri
Perih semakin menyayat di dada
Darah kemiskinan semakin beranak pinak di hadapan bumi
Namun tak juga berujung cerita pedih ini

Friday, July 28, 2017

Malam

Siapkah kau untuk bercerita padaku
Wahai sang pemuja cahya keemasan
Bertemu dengan sang pemilik waktu yang takkan pernah melintasi tepianmu
Melontarkan sejuta maklumat bertuahmu kepada kegelapan di ujung mata hatimu
Biarkan bayu menghampiri dengan lembutnya
Yang berbisik merdu menelisik dedaunan
Samar-samar mereka bercerita dengan gemulainya
Ditemani alunan nada alam yang berkumandang di atas pucuk kehijauan
Aku disini menikmati semua alunannya
Sejenak kurindukan kesepian ini
Ditengah hiruk pikuknya hidup yang semakin mengganas di raga
Melontarkan amarah yang siap menghampiri setiap jiwa nan kerontang
Apakah aku ada disana
Apakah nantinya semu itu milikku saja
Ataukah aku musnah bersama jejak yang tertinggal
Seperti malamku yang menggelap bersama waktu yang beranjak meninggalkan diriku sendiri

Tuesday, July 11, 2017

Pupus

Sunyi terasa sekian lamanya bergelimang lumpur bernoda
Masih jelas terasa erangan lembut kesakitan itu
Bertelut di balik sebuah kepalsuan jiwa
Raga seakan enggan beranjak dari malam
Aku tak kuat tuk sembunyi
Seirama bayu berhembus melintasi ku
Menerjang dengan pongahnya
Aku menggigil tak terperi
Mati rasa ragaku kini
Tak ada lagi keuntungan jiwa bagiku
Semuanya semakin kabur di bentangkan oleh kecewa
Alunan nada kematian seakan mendekat dan semakin dekat saja
Aku hanya bisa diam dan membisu

Saturday, June 10, 2017

Perih

Sunyi terasa sekian lamanya bergelimang lumpur bernoda
Masih jelas terasa erangan lembut kesakitan itu
Bertelut di balik sebuah kepalsuan jiwa
Raga seakan enggan beranjak dari malam
Aku tak kuat tuk sembunyi
Seirama bayu berhembus melintasi ku
Menerjang dengan pongahnya
Aku menggigil tak terperi
Mati rasa ragaku kini

Tuesday, June 6, 2017

Rindu

Aku masih melangkah diujung jalan
Menatapmu dari kejauhan sana
Merindukan segala cerita yang pernah ada
Terukir bersama dikala kita tertawa
Ada rasa terukir indah bertahta
Aku masih melihatmu

Sejenak kurindukan bayangmu
Yang selalu menghantui setiap jejakku
Berkelana bersama malam yang tak berbayang
Bagaikan dian di tiup merdu oleh sang bayu
Tariannya menggoda netra
Ingin ku lingkupi cahya dan ku genggam
Agar dia abadi milikku
Tapi dia menjauh jua dariku
Rinduku kian memuncak kini
Bayangmu seakan menjelma dihadapanku
Bercerita seakan kau disampingku
Aku masih disini dan melihatmu tegak disana
Adakah kau rindu padaku
Pada setiap mimpi yang kita ceritakan bersama di malam kelam
Aku masih disini
Padamu aku merintih dan merindu
Adakah kau juga memandangku disana
Ataukah hanya menjadi asap dan hilang bersama angin

Sunday, June 4, 2017

Sepi tak berujung

Lantunan ayat berkumandang merdu
Sayup sayup tiada henti bersahutan di sana
Aku terdiam teduh bertelut
Bertelikung di balik hati nan kelam
Merah merona bak cahya mentari di ufuk timur
Semburat lembayung berhias diri di penghujung kelam
Menanti suasana temaram menghilang kini
Aku terdiam teduh
Seiring berlalunya waktu yang semakin menghimpit
Berteriak sang penghalau raga
Serentak menghentak menerjang
Berpadu aroma panas membara
Membakar segala penghalang tak berperi
Aku terkejut
Semuanya hilang kini
Tinggallah aku sendiri di sudut sepi ini
Semuanya hanya ilusi semata
Aku masih sendiri tiada daya
Semuanya palsu

Saturday, May 27, 2017

Melatiku telah layu

Gugur kini kelopak indahnya
Ditiup sang bayu terjatuh ke bumi
Pucat pasi kering kerontang
Berharap tak musnah di pijak raga
Semesta raya hanya terdiam saja
Melihatnya gugur perlahan
Jatuh ke haribaan sang pertiwi berakal budi
Penuh kasih sayang nan tulus semerbak

Melatiku kini tlah layu
Tak sanggup hadapi godaan surya
Menipu dengan cahaya panas membara
Melatiku tak kuasa bertahan berteduh
Aroma lembut nan suci menguar indah
Tebarkan aroma wewangian abadi sejagad
Tak berhenti walau dihela bayu
Bergerak seirama waktu bergulir di hadapannya
Melatiku tetap pucat

Melatiku bermimpi ditemani rintik rinai hujan
Diiringi lembayung jingga di ujung senja
Berharap sang pelangi menggoda dirinya
Lontarkan segala warna bergerak
Melatiku tak kuasa bertahan

Panas membara menerjang kini
Hawa tak berkesudahan mengeringkan sungainya
Air mata tak lagi beranak sungai
Musnah di tikung oleh kepalsuan
Tak bertuan oleh apapun
Tak mampu tegak berdikari di antara tiang hijau
Semuanya kini kering

Monday, May 22, 2017

Pergi

Aku pergi
Lepaskan semua beban menghimpitku
Aku pergi
Takkan ku ingat semua dibelakangku
Aku pergi
Tanpa ada derita yang berkelana
Aku pergi
Berlari seringan kapas tertiup lembut
Aku pergi
Tiada benci bersarang kini
Aku pergi
Hempaskan cermin penghalang di depan
Aku pergi
Tak kusalahkan masa laluku dulu
Aku pergi
Bersama waktu yang semakin buram
Aku pergi
Takkan ku mampu bertahan di saat ini
Aku pergi
Mengenang masa tak bertuan di raga
Aku pergi
Semuanya kupasrahkan saja pada Dia
Aku pergi
Hanyalah air mata pelepas dahagaku
Aku pergi
Segalanya menjadi semakin nyata kini
Aku pergi
Hidupku kurasa sempurna sekarang
Aku pergi
Kusatukan asaku dalam genggaman jemari
Aku pergi
Pasrahkan setiap bait doa yang ku haturkan

Friday, May 19, 2017

Sakit

Aku berjalan diantara bayangan
Yang selalu setia mengikuti dari belakang
Tak bergeming tak melawan tak jua bersuara
Hanyalah kegelapan yang menjadi asanya
Bersembunyi di hadapan raga
Bagikan semua nestapa tak berakhir
Aku tak bisa lagi berhenti kini
Tak juga setia kepada waktu yang mengikuti
Semuanya hanyalah kepalsuan abadi
Semata hampa yang terukir di barisan hidup
Ragaku pun tak lagi mampu berteriak merdu
Serak pun juga tak bisa
Apa dayaku kini yang hanya berteman sepi
Hilang pesona ditelan badai hidup nyata
Tinggalkan tulang belulang kekeringan
Aku tak lagi berkuasa atas jiwaku
Harapan yang terlukis berubah sekarang
Bayangan kelam seakan mengintai di ujung sana
Aku takut

Thursday, May 11, 2017

Kecewa

Cerahku telah hilang kini
Berganti dengan jutaan nestapa
Hancurkan jiwa nan suci bersih
Luluh lantakkan seribu raga
Takkan ada yang melihat
Karena kau berharap kaulah raja
Semesta takluk dalam genggaman tangan busukmu
Semuanya kau anggap hambamu

Atas nama kata suci kau lontarkan ucapanmu
Ucapan merdu semerbak memilukan telinga setiap mahkluk
Seolah tiada niat dusta di setiap ujaranmu
Sempurna kau tutupi pongahmu
Adakah kau kan merasa disaat kau sendiri?
Bilakah semua berpulang padamu
Pada jiwa yang kau lindungi dengan segenap raga jiwamu
Bisakah kau bayangkan sebatang lilin kecil
Mampu membakar hutan kasih yang kau pamerkan pada dunia?
Tiada daya upaya terlintas kini
Hanyalah pilu dan air mata bergelimang dalam sudut sepi saja diriku
Kau di dermakan oleh ujaran kasihan
Seumpama melati yang mulai layu
Yang akan dibuang ketika tak digunakan lagi
Disaat kata kasihan pun sudah tak mempan lagi
Semuanya berubah hanya karena sebuah kalimat kecil
Yang mampu hancurkan semuanya
Yang takkan bisa dikembalikan sedia kala
Kau tetaplah merasa sang pemenang
Memang kau hebat tapi itu bukan kau
Jiwamu kesepian butuh hiburan kini
Namun dengan pongahnya kau tengadahkan pandanganmu
Kau telisik kedalaman hati seorang mahkluk
Demi mimpi-mimpi malammu yang tertunda
Dan lihatlah mentari pun seakan enggan menjemputmu
Dan membiarkan kau didalam kegelapan malam
Tak bertuan tak berpahat doa lagi

Wednesday, May 3, 2017

Senja

Senja
Kupandangi kau dari peraduanku
Kulihat sejenak kemegahanmu yang tak abadi
Bersama lantunan ayat cinta yang nyaring bergema
Malu-malu aku memandangmu

Senja
Adakah kau melihatku disini
Terselubung bersama dedaunan nan gersang
Yang perlahan berguguran dan jatuh kebumi
Aku tak bisa apa-apa
Semuanya pergi jauh

Senja
Pernahkah terselip di benakmu tuk berhenti
Berhenti untuk tetap sama dan bercerita
Berandai-andai tuk lepaskan segalanya
Adakah kau seperti itu

Senja
Aku kedinginan disini
Tepianku panas nian dan membara
Tapi jiwa raga ku menggigil tak terperi
Adakah kau pedulikan aku
Aku lemah

Senja
Hanya sebuah fatamorgana yang ada di hadapku
Bersama untaian kata-kata pemanis bibir
Semuanya tak lagi sama
Aku tetap begitu

Friday, April 28, 2017

Sang pencuri malam

Apakah engkau merasa bahagia
Apakah engkau merasa sempurna
Apakah kau merasa semuanya milikmu saja
Tanpa kau kejar dia datang
Janganlah berpura pura kawan
Mentari saja tak pernah ingkar berbagi
Hanyalah segumpal mega yang melingkupinya
Janganlah dunia kau genggam seorang
Tiada daya kau hempas semata
Semuanya takkan berubah
Pabila senja menghampiri
Jangan kau paksakan panas menjemput
Biarkan lembut yang bersamanya
Kau hanyalah segumpal daging yang menghamba
Parasit di dalam sepotong belatung hidup
Kemana bangkai kau kejar jua
Semuanya pasti berubah kawan
Jangan kau paksa jiwamu didepan
Sedang raga tersiksa di pecut rotan berduri
Jangan paksakan melangkah menginjak beling
Sakit pasti kau rasa menghempas bumi
Jangan kau taklukan emosi dengan amarah
Binasa juga akhirnya kau

Tuesday, April 25, 2017

Melati putih

Lantunan ayat-ayat penuh misteri
Getarkan kalbu di tepian senja
Bertalu-talu seirama mengalun
Serentak rima bagaikan sebuah untaian lagu
Jiwaku terlena di usap oleh bayu
Netra ku seakan segan tuk menutup
Hening kini tiada lah
Aku merasa Tuhan menjauh dari ku
Kutengadah mata ragaku ke hadapan pintu
Melihat jiwa bergelora berlarian
Bersahut-sahutan laksana perang kan datang
Air mata ketakutan menghempas di pipi
Jiwanya kosong entah dimana
Pias oleh maha dahsyat nya sang bumi menerpa
Sekejap bagaikan waktu tak bertuan
Luluh lantakkan sejuta umat pun jatuh
Tiada daya tiada upaya
Bergelimang harta mati jua
Si miskin nan papa menjerit tak karuan di antara rongsokan harta
Menangis serasa akan tiadanya hari esok
Mentari pun tertawa pongahnya
Murkanya membara di ujung negeri sang pujaan
Semuanya hancur tak bersisa

Monday, April 10, 2017

Lentera jingga

Pijar mu hangat kan sepotong mimpi
Berselimutkan sebuah asa
Dalam pembaringan bumi
Ditemani nyanyian bayu
Engkau bergoyang lembut
Searah angin menarik engkau
Tak diam oleh waktu yang selalu berjalan
Senantiasa mengalun merdu
Tak kau hiraukan hening menghampiri
Sekian detik berlalu di hadapan dian
Erangan si penari malam bersahutan
Cahyamu kerlap kerlip dihela bayu
Seirama lagu alam bersenandung
Bait perbait nada beranjak kini
Semakin kelam semakin redup bayangmu
Auramu tak tergantikan oleh apapun
Sejenak ku rindu bayangan itu
Yang selalu mengikuti jejakku di malam kelam
Kau tak pernah ingkar dengan janjimu
Kau temani setiap kakiku akan beranjak

Sunday, April 9, 2017

Hujan

Rintik rinai mu mengalun merdu
Lantunkan pujian semerbak merdu
Serentak bagaikan irama sebuah harmonis
Bersatu dalam sebuah nada indah
Kedatangannmu membawa berjuta harapan di dada
Seindah seburuk apapun kau lintasi
Jatuhkan segalanya tiada terperi tak berubah
Senantiasa penuh kejutan semata
Aku terdiam hanya menerka saja
Berharap aku takkan hancur diterpa olehmu
Bersekutu dengan dingin yang menggetarkan jiwa raga
Menghempaskan semuanya kebumi
Kau tetap setia

Tuesday, April 4, 2017

Pudar

Sesak kurasakan dan pilu
Terimpit gejolak resah tiada henti
Hancurkan kepercayaan jiwa
Ragu pun kini menghampiri diri
Laksana badai menerjang hancur
Tiada daya ku kini
Berpadu asa yang semakin pudar
Berdiri pun seakan enggan
Kakiku tak mampu menopang hidupku lagi
Semuanya musnah
Seumpama elegi di pagi hari
Disaat mata hati ku masih terdiam
Lontaran cerita datang menghampiri
Menumbuhkan ragu akan kejayaan sebuah jati diri
Tiada daya upayaku
Serasa semua pergi mencari jalannya sendiri
Tinggallah aku sendiri bersama jejak hitamku saja
Aku bagaikan tak bertuan oleh apapun
Hamba pun tak layak ku emban gelarnya
Binatang pun tak sudi dihadapanku
Apalah dayaku kini
Sampai waktunya kan bergulir pun
Aku masih tak berkutik dan bergelut
Terhimpit oleh kejamnya zaman tak berperi ini
Aku tak ingin berubah
Namun semuanya pudar tak seperti mimpiku

Monday, April 3, 2017

Berubah

Aku masih disini
Berdiri teguh diantara kakiku
Menopang raga keriput nan papa
Menghadap ke ufuk timur
Mengharapkan lembayung di ujung sana
Datang menghampiri dan mengajakku bersuara
Teguh ku pandang ia perlahan datang
Lembut bagaikan sang bayu yang berhembus

Aku masih disini
Menanti sang empunya datang menjemput
Ditengah kegamangan hati tak menentu
Bergelut bersama kerisauan jiwaku
Takkan kurasa lagi dinginnya bayu yang bertiup
Menerpa wajah tirus tertutup oleh kepalsuan belaka
Lelah ku tak berujung jua

Aku masih disini
Menanti asa kan tiba
Bersama rintik rinai hujan disini
Aku selalu berharap
Diterpa badai kehidupan
Aku tak yakin mampu
Semuanya berubah

Wednesday, March 29, 2017

Mawar merah

Merah merona kilauan warnamu
Berseri dibawah bias cahya
Pancarkan keangkuhan sejati
Seirama gemerisik dedaunan menari
Ikuti alunan lantunan nada alam
Serasa dunia ini milikmu
Meliuk- liuk bagaikan sebuah simfoni
Bergelora dibayangi rindu pada semesta
Indahmu terjangkau oleh raga insan bernyawa abadi
Malu-malu kau merona pancar kan wewangianmu
Sang kumbang pun menari ikuti lagu alam
Berseri bersama hentakkan kakinya di dalam mahkotamu
Memeluk mesra dengan lembut dia menyetuhmu
Sempurna melekat tiada kesalahan
Kau pun bahagia dengan sendirinya

Sunday, March 26, 2017

Selamat pagi

Berpijar lah wahai ronaku
Merona bersama desir desau air beriak
Bertepuk tangan satukan ego menerpa
Sesempurna lantunan irama bergema
Aku bahagia
Berdiri bersama lontaran pijar aura
Menerpa ragaku membakar jiwaku
Tak terkira merdu dan damai hari ini disini
Bersama seroja meliuk indah
Sang teratai menari seirama cemara menggoda
Berkhayal di tepian rindu tak bertuan
Aku di sini dengan duniaku
Di penghujung mentari jingga di ufuk timur
Dan sejenak netra ku menutup sempurna
Ku lantunkan sebait rindu bersyukur padaNya

Friday, March 17, 2017

Hitamku

Tersurat lembut diatas tahta putih
Mewarnai lengkungan diujung dinding
Berarak bagaikan serdadu bergelora
Serentak di pecut di ujung penghapus
Tak bisa dihilangkan walau putih menemani
Tak bermakna lagi di remas oleh waktu
Tak utuh walau sembilu mengiris tipis
Tak lembut lagi walau dibasahi air mata
Semuanya hancur

Bayangan pun mengintai di ujung senja
Siap menggetarkan kalbu gemetar
Menggigil di basuh kesegaran sementara
Riak riuh rendah seirama mega mendung
Tak kuat nyawa terkumpul di hela bayu
Hitam kini temanku
Aku hampa

Saturday, March 11, 2017

Syukur

Lantunan nada merdu mengalun di awal pagi
Getarkan kalbu bersujud ditengah teduhnya jiwa
Meresapi segala perkara jiwa yang mengiringi
Serentak hatiku bergelora di sepanjang nafas
Sesempurna semburat jingga menemani setiap jejakku
Tiada terkira kebaikanMu di hidupku
Hanyalah sebait kata terucap dari bibir kelu
Tak sanggup ku tengadah
Hanya terkagum semata pada segalanya
Sungguh tak terkira keindahan lukisan alam
Terhampar di hadapanku senantiasa
Bersama aroma basah menusuk hidungku
Berpadu dalam satu kesempurnaan mulia abadi
Tak terhingga segalanya bertahta disana

Friday, March 3, 2017

Sebait doa

Aku disini dengan sebuah harapan
Bertelikung menengadah ke atas mata ragaku
Berbisik merdu mendayu-dayu
Penuh asa penuh mimpi
Berbalutkan sesal bersulam pedih nan perih di hati
Takkan cukup tuk menghapuskan jejak masa lalu menancap dalam disini
Aku tak mampu menatap semua
Berharap pun serasa bukan milikku
Aku menangis tersedu dalam diamku
Tak bisa lagi kurasakan segala

Tuesday, February 28, 2017

Lelah

Apakah kau rasakan kini
Sebuah kenyataan menghimpit jiwa
Terkekang oleh sebuah kepalsuan
Meronta pun tiada dayaku
Aku lemah
Aku bersimpuh dihadapan dian
Terpekur melipat diri bersama ketakutan
Tiada daya tiada upaya
Seumpama seonggok bangkai tak bertuan diriku disana
Dilihat oleh setiap insan namun tak pernah diharapkan
Ragaku berkibar dihempas bayu kegersangan
Netra pun mengerling tajam menusuk
Auranya pancarkan kebencian yang sempurna
Laksana bunga kembang tak jadi diriku

Tuesday, February 21, 2017

Selamat pagi

Lihatlah di penghujung sana
Tersembunyi malu malu sang mentari. Merona di balik awan senyumnya
Berpijar lembut menerpa diri
Sejuk sesaat sempurna
Secercah harapan menjelma diantara sejuta mimpi
Serentak lagu alam berkumandang
Menyanyikan lagu semangat bersama
Serentak menerjang terjang semangatnya
Terpatri sempurna
Sempurna

Friday, February 17, 2017

Rindu tak terjawab

Rangkaian amarah bersatu padu
Serentak menghentak menerjang perdu
Hempaskan segala aral melintang di depan
Beringas tak tertandingi oleh apapun
Hanyalah waktu yang menjawab nya
Dimana nantinya bermuara segala keluh kesah itu
Merah padam seolah menjadi karma nelangsa
Melarat di haribaan bumi kegersangan semata
Tiada daya tiada upaya
Hanyalah keajaiban menjadi jawabnya
Tertunduk raga berselimutkan kepalsuan
Meronta sang air namun tak berdaya
Panas semakin menjadi sebuah cerita
Menyatu bersama mimpi yang kelam
Semuanya masih sama

Thursday, February 16, 2017

Sebuah sesal

Disudut malam aku termangu
Menatap meratap bersama sang bayu
Bertemankan cahaya rembulan malu malu di atas
Tiada kerlip sang bintang
Sepi
Sejenak kulepaskan dahagaku akan kesempurnaan hidup
Belajar memaknai arti cerita kisah abadi
Berlarut larut dan terulang lagi
Menjelma seakan mati dan hidup kembali
Sesal di akhir selalu dan tiada tepian daya
Hanyalah pilu yang menjadi sahabat sejati di pekat gelapnya malam
Tiada pelipur lara masa ini
Tiada lantunan nada kasih buatku hari ini
Semuanya kelam saja
Tak bermakna tak terurai lagi
Semakin kusut tak bertulang jiwaku
Direndam oleh lautan dosa yang indah sekejap
Mati jua penghujungnya tak bersisa
Jalan pun seakan menghilang dari jalurnya
Sedih memang temanku
Pilu menjadi saudaraku
Tak perlu cerita kasihan kau beri padaku
Tak usah kau beri wejangan abadi itu
Aku telah mati sebelum matahari terbenam
Hilang perlahan lahan bersama senja di ufuk barat
Gelap juga akhirnya menjemputku
Menemani langkah menghabiskan sisa waktu ini
Ku hela nafasku yang tinggal sejengkal di sini
Diantara penghujung ilusi semakin kabur dan temaram
Semua hilang sudah
Susah pun menjadi biasa kurasakan kini
Aku mengalah akan hidup semesta kini
Menjelma menjadi bangkai tak berguna
Hanya meninggalkan jejak duka selamanya dan selalu sama
Aku pasrahkan saja akhir jiwa ini
Bersama temaram yang setia mendampingi raga kerdilku
Hancur dan pupus di tiup bayu sepoi sepoi
Semuanya hilang sudah

Wednesday, February 15, 2017

Senja

Sejuta derap langkah kaki seirama
Menghentak terjang setiap aral
Satukan pedoman jiwa membara
Terpesona memandang kejauhan disana
Tiada ragu jejak terhempas
Tiada aral melintas di lalui
Bagaikan kapal beradu ombak
Serentak naluri ikut irama senandung hati
Mantapkan jiwa bertautan rindu melingkupi wajah lelahnya
Bayangan masa yang terlewati menjelma
Bagaikan fatamorgana di hadapan jiwa kerdil
Lantunan lagu pembakar semangat melengking indah berirama rindu
Seindah biasa tak terlukis oleh mimpi
Jauh di bayangi oleh kenyataan ini
Menghimpit bersama lantunan nada nada
Sesak bertelikung oleh seuntai doa
Berbait bait dipanjatkan di sudut sepi temaram
Disaksikan senja merona di ujung malam
Pasrah dengan kekuatan alam semata
Yang menebarkan aroma basah menusuk hidung
Mengiringi perjalanan waktu menuju gelap menghadang
Malam tlah tiba

Monday, February 13, 2017

Senandung sesal

Aku masih disini
Dengan sejuta asa melingkari hidupku
Menari bersama gemerisik dedaunan
Sang bayu bercerita tentang nasibku
Gemulainya ragaku seirama nada alam
Aku tak kesepian
Ditepi senja selalu setia
Menerawang kedalam kekelaman disana
Penghujung malam sudah kelihatan di ujung mata
Sang waktu berlalu bersama bayangan yang menghilang
Perlahan semuanya pudar diikuti zaman ini
Takkan pernah lagi kembali seperti sedia kala
Berubah akhirnya si pemimpi buta
Racauan nasib terperosok hidup yang nyata
Ternyata bualan itu serasa menjelma
Aku masih seperti dahulu

Saturday, February 11, 2017

Sepi

Mataku tertuju pada kejauhan
Di ujung sana bertaut di keremangan senja
Bertemakan sebuah kata abadi semata
Tak luput melingkupi di dalam batin
Aku terdiam disini tanpa melakukan apapun
Hanya bertopang dagu seumpama patung
Tiada harapan yang ku sita sekarang
Berjuang terseok-seok kaki kecilku
Terhimpit di tengah cerita dunia
Yang semakin merasuk jauh kedalam
Jiwaku kini gersang tiada pelepasan
Hampa terasa

Wednesday, February 8, 2017

Aku

Aku adalah aku
Bukan batu ataupun palu
Bagaikan benalu bersama perdu
Tak nyaring bertalu-talu
Aku adalah aku
Sebatas nyawa masih berjuang
Bertepuk sebelah tangan pun terlalu
Arahan bayu membuat ku kalut
Serasa remuk selalu daku
Aku adalah aku
Sekujur tubuh berlilitkan kefanaan
Penuh muslihat dan tipu daya
Menyilaukan mata tak terperikan
Asa menjadi tabu tuk diungkapkan
Meragu seiring waktu berlalu
Tak seindah mimpi malam ku ternyata
Aku adalah aku
Seonggok bangkai yang berborok
Menyengat menusuk jantung setiap raga
Sebelah mata menjadi alasan benci
Lemparkan pesona palsu dihadapan bumi
Serasa dunia tak menginginkan jiwa ini
Kepalsuan menjadi indah ternyata
bersama pedih tak bertuan pagi
Aku adalah aku

Tuesday, February 7, 2017

Sebait doa

Tuhan jagakan dia untukku
Hapuskan setiap derai air matanya
Lembut kan hatinya yang gamang
Terperosok jatuh kedalam hidup yang perih
Namun dia tetap tersenyum
Dan selalu tersenyum tulus
Tuhan jagakan dia untuk ku
Untuk setiap doa yang kupanjatkan
Selalu terselip namanya di sela doaku
Kuatkan hati dan raganya senantiasa
Bertahan ditengah teriknya mentari menyengat
Namun dia tetap tersenyum dan tersenyum tulus

Sunday, February 5, 2017

Gundah

Adakah aku bersalah
Pada awan pada langit disana
Meratapi perih pilunya ragaku
Tak berkesudahan kutengadahkan pandangku ke langit
Tak jua lega batinku
Dihimpit gelora badai dunia kegersangan ini
Semua suram tak bermakna

Sejenak ku hela nafasku diantara sesaknya dada ini
Lantunan nada seakan menyindirku
Berceloteh bagaikan siulan si burung pipit
Menyakitkan memang rasaku kini
Aku tak berdaya ditengah pusaran hidupku
Dihempas di terjang bertubi-tubi
Namun ku tak pernah selesai
Aku tetap kokoh dan angkuh

Saturday, February 4, 2017

Tentang rasa

Sayup sayup kudengar
Alunan lonceng gereja tua yang memanggil
Bagai berlaksa laksa dentuman bak medan perang
Sang fasik meratap di balik bebatuan palsu
Meronta bersama teriknya mentari yang membakar raga
Tak kuasa jiwa pun ikut bertelikung dalam kepedihan
Apa daya sang waktu tak mampu menjadi tameng buatnya
Sang penguasa dengan pongahnya mwnghardik gelap dan kelam
Merintih suaranya disana diantara bebatuan
Tak terlindungi oleh apapun jua
Semua kan berakhirkah atau menjadi cerita abadi semata

Sunday, January 29, 2017

Teratai

Melajulah wahai jiwaku
Rampungkan sejuta cita di dada
Bersama sang kejora di angkasa
Lantunkan bersama irama jiwa merdu
Pantang henti sebelum mentari terbit
Kaulah pujaan dewata
Biarlah ronamu menjadi abadi disana
Tak terganti oleh pijaran cahaya palsu
Kaulah dian penerang jiwa
Walau badai hempaskan karang
Runtuhkan iman di kala sepi melanda
Tak terganti oleh apapun jua
Kaulah pemenangnya sang sejati abadi
Asa berpadu dengan mimpi belaka
Akankah dia berakhir dengan peluh di jiwa
Akupun tak tahu tujuannya

Friday, January 27, 2017

Hujan

Lintasan waktu terlalui tiada batas
Runtuhkan tiang amarah menerpa
Riwayat pun menjadi abu tak bersisa
Hancur lebur menjadi mimpi kelabu
Rintik rinai hujan pun turun
Jatuh berkejaran ke bumi nestapa
Saling mendahului sang waktu abadi
Hantarkan aroma basah menusuk hidung
Ku tengadahkan pandangku ke langit
Menari bak beringin bergoyang
Di iringi lantunan nada alam merdu membuai
Aku terpesona sejenak diantara bayang bayang indah

Thursday, January 26, 2017

Mata hati

Pancaran sinar kemilau menerpa raga
Menelisik jauh kedalaman hati tak terperi
Hamparan aura jingga membayangi jiwa
Terperosok jatuh kedalam kubangan senja
Bagaikan sebuah alunan nada tak bertuan
Darimanakah gerangan pancarannya
Serentak pias daku di hela bayu
Gersang diantara ilusi berkepanjangan
Tak bergeming tak berjiwa raga kecilku
Dihantam badai pun aku terjatuh kini
Adakah aku menghiba pelangi kan muncul
Atukah langit tak sudi mendengar jeritanku lagi
Hancur
Hancur
Hancurlah sudah tembok keangkuhan itu
Hancur oleh kepalsuan sejati abadi
Hancur di gerus oleh zaman berjalan pasti
Hidup tak selalu melangkah maju
Hampa serasa semesta kini karenaku
Lantunan nada indah pun tiada berarti
Bisik merdu ayat suci tak sanggup hentikan berita
Semua tak sama lagi