Monday, September 11, 2017

Elegi kehidupan

Aku bukanlah seorang manusia tiada dosa
Yang membersihkan diri dalam kubangan kepalsuan
Hanyalah sebuah lilin yang kecil
Yang kan pada akhirnya kan padam ketika habis sudah kekuatannya
Memberikan sinar kecil hangatnya
Mampu terangi sudut kelam di sebuah penjara jiwa
Aku bukanlah musafir yang mampu berkelana bersama hitungan waktu
Hanya bergeming ketika waktuku telah usai dan aku musnah
Detik demi detik kan berlalu bersama sebuah hitungan kehidupan
Kembali lagi namun dengan aura tak sama
Tak lagi ceria seperti kemarin
Tak lagi tertawa seperti dahulu kala
Tak lagi tersenyum seperti biasanya
Tak lagi sama seperti dahulu
Ketika aku mencoba melangkah kedepan
Kulihat ada belenggu mengikat di kedua kakiku
Melemahkan raga musnahkan asa dan doa ku
Sampai dia pemilikku pun terhina karena ku
Seperti itukah cerita yang harus dilalui oleh si jiwa nan papa ini
Tak mampu walau hanya sekilas pun
Seakan semua pergi meninggalkan Daku di kursi pesakitan tak bertuan kemiskinan
Dia tertawa dengan suara reotnya
Tak mampu bergeser ke depan lagi
Atau aku kan terjatuh tanpa bisa bangun lagi seperti sedia kala
Apakah suka dan duka akan menjadi musuh abadi di setiap usaha tanganku
Aku pun tak tahu apa gerangan garisan tangan ini
Ku rasa gelap semakin melingkupiku
Semakin terjebak dalam sebuah badai bergelora
Luluh lantakkan tubuh keriput nan kerdil ini
Haruskah itu juga menjadi bagianku ?
Aku hanya diam dan tak mau apapun
Ku takut langkah kan walau sedetik saja
Aku takut ku kan hilang dalam  sekejap
Ketika pusaran kepalsuan berkeliling di atas kepala ku
Seakan menjadi mahkota penuh dusta dan hinaan si tuan nan kaya raya
Aku hanya mampu melihat ke bumi saja
Tak bisa lagi tengadahkan kedua tanganku walau hanya sebentar
Aku tak mampu

No comments:

Post a Comment