Monday, June 13, 2016

Ayah

Sesunyi senja temaram berdiri teguh
Menepi bersama kecilnya hati mengerdil
Terdiam diantara sejenak mimpi abadi ku
Semuanya terhampar nyata di haribaan jiwa
Sempat ku terpikirkan untuk berlari
Menjauh dari segala apa yang menjadi haluanku
Walau kegelapan enggan berteman denganku namun ia setia mengiringi
Seakan segalanya menjadi sebuah prahara
Nun jauh disana
Terbayang wajah tirus tak bertuan
Meraung raung tiada hentinya
Tak ingin berteman dengan sepi diantara kayu tertancap bumi
Tak ingin kehilangan bersama dengan cahaya yang melingkupinya
Tak ingin segalanya
Namun cahaya itu pun ikut menjauh jua
Meninggalkan dirinya sendiri disana di sudut kelam kegelapan
isak tangis menjadi lagu pengantar malam
Merinding bulu roma apabila terkenangkan padanya
Kasihan padanya yang kini terbujur kaku pada tempatnya
Tempat dimana tak seharusnya ia
Namun apa daya jiwa raganya
Terkurung dan takkan berganti oleh apapun
Hanya meninggalkan jejak nama abadi terukir di dada