Tuesday, September 12, 2017

Angkuh

Jika matahari membawa duka bagimu
Apa kabar sang bayu yang menghempaskan semua hidupmu
Jangan kau hitung berapa jumlah hujan
Karena dia takkan mau bergurau dengan ceritamu
Ataupun kau pahat semua doamu di dinding ragamu
Dia hanya diam dan tertawa melihat kau seolah bangkai yang berbau busuk
Bila semua raga seirama meninggalkan mu
Apa kabar dunia yang kan menolak kedatangan dirimu
Jangan kau pura pura mencintai kepolosan mereka
Karena semua akan kembali meminta milik mereka
Semua jiwa menanti akan cahaya pagi yang hangat
Semua nafas menyatu bersama iringan nada alam berkumandang di kejauhan
Jangan kau paksakan bila kau tak mampu berdiri
Apakah itu bisa membuat mu bahagia
Ataukah itu membuat mu tertawa riang gembira
Jangan kau tuduh pepohonan yang merapat di tepi tebing
Yang menyembunyikan jurang di sampingnya
Seolah mereka tidak melihat kau melangkah
Akankah kau juga memaksa burung di langit untuk mendengar nasihat palsumu
Oh wahai engkau yang mengaku anak Adam
Apakah yang kau tuju dalam perjalan panjang ini
Apakah harapan semua dunia ini akan kau genggam?
Tuhan saja selalu berbaik hati berbagi nafas denganmu
Apakah kekayaan itu membuat mu buta dan seolah tak melihat semak di hadapan netramu
Ataukah kerikil kau pikir jua menjadi berlian abadi
Kau sungguh terlalu luar biasa
Kau pamerkan segenap kekuatan kedua tanganmu sembari kau berbicara lantang
Pasanglah segala keindahan dunia di raga dan jiwamu
Berjalan bagaikan boneka kayu yang kian menunduk akibat kuatnya tekanan bumi
Menjatuhkan dan membuatnya tak berdaya pada mata jiwa yang melihat
Akankah kau juga menyalahkan sungai yang menghalangi langkah kakimu
Kau tak bisa melewati setiap masalah yang menerpa
Seolah kau takut akan hilangnya tenaga sesaat yang hinggap di kedua kakimu
Tergerus oleh aliran air yang membersihkan setiap makhluk yang datang
Akankah gunung disana kau hina karena mereka membungkukkan badan nya kepada bumi
Berselimutkan rerumputan hijau di antara setiap pohon
Kau anggap itu adalah zamrud yang melingkar di jari tanganmu
Oh wahai engkau mahkluk fana
Semua akan selalu menjadi batu sandungan bagi hidupmu
Takkan kau hiraukan suara panggilan di penghujung waktu
Takkan kau lihat prahara yang kan datang menghampiri semuanya
Namun kau tetap angkuh di sudut sana
Itu kau buat menjadi tuanmu

No comments:

Post a Comment