Tuesday, February 28, 2017

Lelah

Apakah kau rasakan kini
Sebuah kenyataan menghimpit jiwa
Terkekang oleh sebuah kepalsuan
Meronta pun tiada dayaku
Aku lemah
Aku bersimpuh dihadapan dian
Terpekur melipat diri bersama ketakutan
Tiada daya tiada upaya
Seumpama seonggok bangkai tak bertuan diriku disana
Dilihat oleh setiap insan namun tak pernah diharapkan
Ragaku berkibar dihempas bayu kegersangan
Netra pun mengerling tajam menusuk
Auranya pancarkan kebencian yang sempurna
Laksana bunga kembang tak jadi diriku

Tuesday, February 21, 2017

Selamat pagi

Lihatlah di penghujung sana
Tersembunyi malu malu sang mentari. Merona di balik awan senyumnya
Berpijar lembut menerpa diri
Sejuk sesaat sempurna
Secercah harapan menjelma diantara sejuta mimpi
Serentak lagu alam berkumandang
Menyanyikan lagu semangat bersama
Serentak menerjang terjang semangatnya
Terpatri sempurna
Sempurna

Friday, February 17, 2017

Rindu tak terjawab

Rangkaian amarah bersatu padu
Serentak menghentak menerjang perdu
Hempaskan segala aral melintang di depan
Beringas tak tertandingi oleh apapun
Hanyalah waktu yang menjawab nya
Dimana nantinya bermuara segala keluh kesah itu
Merah padam seolah menjadi karma nelangsa
Melarat di haribaan bumi kegersangan semata
Tiada daya tiada upaya
Hanyalah keajaiban menjadi jawabnya
Tertunduk raga berselimutkan kepalsuan
Meronta sang air namun tak berdaya
Panas semakin menjadi sebuah cerita
Menyatu bersama mimpi yang kelam
Semuanya masih sama

Thursday, February 16, 2017

Sebuah sesal

Disudut malam aku termangu
Menatap meratap bersama sang bayu
Bertemankan cahaya rembulan malu malu di atas
Tiada kerlip sang bintang
Sepi
Sejenak kulepaskan dahagaku akan kesempurnaan hidup
Belajar memaknai arti cerita kisah abadi
Berlarut larut dan terulang lagi
Menjelma seakan mati dan hidup kembali
Sesal di akhir selalu dan tiada tepian daya
Hanyalah pilu yang menjadi sahabat sejati di pekat gelapnya malam
Tiada pelipur lara masa ini
Tiada lantunan nada kasih buatku hari ini
Semuanya kelam saja
Tak bermakna tak terurai lagi
Semakin kusut tak bertulang jiwaku
Direndam oleh lautan dosa yang indah sekejap
Mati jua penghujungnya tak bersisa
Jalan pun seakan menghilang dari jalurnya
Sedih memang temanku
Pilu menjadi saudaraku
Tak perlu cerita kasihan kau beri padaku
Tak usah kau beri wejangan abadi itu
Aku telah mati sebelum matahari terbenam
Hilang perlahan lahan bersama senja di ufuk barat
Gelap juga akhirnya menjemputku
Menemani langkah menghabiskan sisa waktu ini
Ku hela nafasku yang tinggal sejengkal di sini
Diantara penghujung ilusi semakin kabur dan temaram
Semua hilang sudah
Susah pun menjadi biasa kurasakan kini
Aku mengalah akan hidup semesta kini
Menjelma menjadi bangkai tak berguna
Hanya meninggalkan jejak duka selamanya dan selalu sama
Aku pasrahkan saja akhir jiwa ini
Bersama temaram yang setia mendampingi raga kerdilku
Hancur dan pupus di tiup bayu sepoi sepoi
Semuanya hilang sudah

Wednesday, February 15, 2017

Senja

Sejuta derap langkah kaki seirama
Menghentak terjang setiap aral
Satukan pedoman jiwa membara
Terpesona memandang kejauhan disana
Tiada ragu jejak terhempas
Tiada aral melintas di lalui
Bagaikan kapal beradu ombak
Serentak naluri ikut irama senandung hati
Mantapkan jiwa bertautan rindu melingkupi wajah lelahnya
Bayangan masa yang terlewati menjelma
Bagaikan fatamorgana di hadapan jiwa kerdil
Lantunan lagu pembakar semangat melengking indah berirama rindu
Seindah biasa tak terlukis oleh mimpi
Jauh di bayangi oleh kenyataan ini
Menghimpit bersama lantunan nada nada
Sesak bertelikung oleh seuntai doa
Berbait bait dipanjatkan di sudut sepi temaram
Disaksikan senja merona di ujung malam
Pasrah dengan kekuatan alam semata
Yang menebarkan aroma basah menusuk hidung
Mengiringi perjalanan waktu menuju gelap menghadang
Malam tlah tiba

Monday, February 13, 2017

Senandung sesal

Aku masih disini
Dengan sejuta asa melingkari hidupku
Menari bersama gemerisik dedaunan
Sang bayu bercerita tentang nasibku
Gemulainya ragaku seirama nada alam
Aku tak kesepian
Ditepi senja selalu setia
Menerawang kedalam kekelaman disana
Penghujung malam sudah kelihatan di ujung mata
Sang waktu berlalu bersama bayangan yang menghilang
Perlahan semuanya pudar diikuti zaman ini
Takkan pernah lagi kembali seperti sedia kala
Berubah akhirnya si pemimpi buta
Racauan nasib terperosok hidup yang nyata
Ternyata bualan itu serasa menjelma
Aku masih seperti dahulu

Saturday, February 11, 2017

Sepi

Mataku tertuju pada kejauhan
Di ujung sana bertaut di keremangan senja
Bertemakan sebuah kata abadi semata
Tak luput melingkupi di dalam batin
Aku terdiam disini tanpa melakukan apapun
Hanya bertopang dagu seumpama patung
Tiada harapan yang ku sita sekarang
Berjuang terseok-seok kaki kecilku
Terhimpit di tengah cerita dunia
Yang semakin merasuk jauh kedalam
Jiwaku kini gersang tiada pelepasan
Hampa terasa

Wednesday, February 8, 2017

Aku

Aku adalah aku
Bukan batu ataupun palu
Bagaikan benalu bersama perdu
Tak nyaring bertalu-talu
Aku adalah aku
Sebatas nyawa masih berjuang
Bertepuk sebelah tangan pun terlalu
Arahan bayu membuat ku kalut
Serasa remuk selalu daku
Aku adalah aku
Sekujur tubuh berlilitkan kefanaan
Penuh muslihat dan tipu daya
Menyilaukan mata tak terperikan
Asa menjadi tabu tuk diungkapkan
Meragu seiring waktu berlalu
Tak seindah mimpi malam ku ternyata
Aku adalah aku
Seonggok bangkai yang berborok
Menyengat menusuk jantung setiap raga
Sebelah mata menjadi alasan benci
Lemparkan pesona palsu dihadapan bumi
Serasa dunia tak menginginkan jiwa ini
Kepalsuan menjadi indah ternyata
bersama pedih tak bertuan pagi
Aku adalah aku

Tuesday, February 7, 2017

Sebait doa

Tuhan jagakan dia untukku
Hapuskan setiap derai air matanya
Lembut kan hatinya yang gamang
Terperosok jatuh kedalam hidup yang perih
Namun dia tetap tersenyum
Dan selalu tersenyum tulus
Tuhan jagakan dia untuk ku
Untuk setiap doa yang kupanjatkan
Selalu terselip namanya di sela doaku
Kuatkan hati dan raganya senantiasa
Bertahan ditengah teriknya mentari menyengat
Namun dia tetap tersenyum dan tersenyum tulus

Sunday, February 5, 2017

Gundah

Adakah aku bersalah
Pada awan pada langit disana
Meratapi perih pilunya ragaku
Tak berkesudahan kutengadahkan pandangku ke langit
Tak jua lega batinku
Dihimpit gelora badai dunia kegersangan ini
Semua suram tak bermakna

Sejenak ku hela nafasku diantara sesaknya dada ini
Lantunan nada seakan menyindirku
Berceloteh bagaikan siulan si burung pipit
Menyakitkan memang rasaku kini
Aku tak berdaya ditengah pusaran hidupku
Dihempas di terjang bertubi-tubi
Namun ku tak pernah selesai
Aku tetap kokoh dan angkuh

Saturday, February 4, 2017

Tentang rasa

Sayup sayup kudengar
Alunan lonceng gereja tua yang memanggil
Bagai berlaksa laksa dentuman bak medan perang
Sang fasik meratap di balik bebatuan palsu
Meronta bersama teriknya mentari yang membakar raga
Tak kuasa jiwa pun ikut bertelikung dalam kepedihan
Apa daya sang waktu tak mampu menjadi tameng buatnya
Sang penguasa dengan pongahnya mwnghardik gelap dan kelam
Merintih suaranya disana diantara bebatuan
Tak terlindungi oleh apapun jua
Semua kan berakhirkah atau menjadi cerita abadi semata