Thursday, July 14, 2016

Melati putih

Warna suci merona dalam cahaya
Tak terbiasa di halau sang bayu
Menari bak putri kahyangan di langit
Hangatkan raga kesepian
Meronta dalam kekejaman mentari
Takkan usai dalam sekejap hidupnya
Aral pun seakan melengkapi derita jiwa
Terkurung dalam emosi tak berujung
Menjadi prahara yang menerjang seluruh jagad raya
Takkan sanggup lagi untuk menahan terpaan badai

Lantunan lagu alam pun melingkupinya
Diiringi tarian lemah gemulai dedaunan gersang
Tak berdaya dalam kepalsuan abadi
Hancur lebur menjadi debu tak bertuan
Ditiup angin entah kemana
Bertaburan lah engkau wahai melati

Monday, June 13, 2016

Ayah

Sesunyi senja temaram berdiri teguh
Menepi bersama kecilnya hati mengerdil
Terdiam diantara sejenak mimpi abadi ku
Semuanya terhampar nyata di haribaan jiwa
Sempat ku terpikirkan untuk berlari
Menjauh dari segala apa yang menjadi haluanku
Walau kegelapan enggan berteman denganku namun ia setia mengiringi
Seakan segalanya menjadi sebuah prahara
Nun jauh disana
Terbayang wajah tirus tak bertuan
Meraung raung tiada hentinya
Tak ingin berteman dengan sepi diantara kayu tertancap bumi
Tak ingin kehilangan bersama dengan cahaya yang melingkupinya
Tak ingin segalanya
Namun cahaya itu pun ikut menjauh jua
Meninggalkan dirinya sendiri disana di sudut kelam kegelapan
isak tangis menjadi lagu pengantar malam
Merinding bulu roma apabila terkenangkan padanya
Kasihan padanya yang kini terbujur kaku pada tempatnya
Tempat dimana tak seharusnya ia
Namun apa daya jiwa raganya
Terkurung dan takkan berganti oleh apapun
Hanya meninggalkan jejak nama abadi terukir di dada

Tuesday, April 26, 2016

Bidadari hati

Berjuta aral melintang menghalangi
Mengikuti jejak langkah sucimu
Hantui segenap cerita kan kau utarakan
Tak terhitung lagi waktu terurai menjadi benang kusut
Takkan sanggup jua hatiku melihatnya
Lihat segala prahara kunjungi mu
Seakan abadi menjadi bayang bayang hidup mu
Namun kau tak bergeming sedetikpun
Seakan itu semua lengkapi cerita yang akan terucap dari bibir
Menyempurnakan daftar yang kau tulis di kalbu hatiku
Beranjak seiring waktu yang kan setia mengikutmu
Segala mara akan kau bawa dalam genggaman tangan kecilmu
Berjuta ayat kau lantunkan merdu semerbak
Seakan menjadi penyelamat sejati
Tak tergantikan oleh apapun

Saturday, April 16, 2016

Tak takut

Aku tak takut sepi
Aku tak takut gelap
Aku tak takut temaram
Tak juga kepada sang dewa mimpi
Biarlah daku dicaci
Bersama jutaan rintik rinai hujan menemani
Duduk berdiam diri di sudut malam
Merayap bagaikan sebongkah borok
Dihantam badan yang gagah perkasa
Semakin meringkuk mengecil menjadi hancur
Aku tak takut

Sang pemimpi

Terukir nyata di penghujung sepi
Bala tentara berdiam diri
Menyusuri jejak kaki tak bertuan
Menghamba diatas nestapa
Berpadu diantara kelamnya kisah pilu
Serentak teriakan menghentak seluruh jiwa keriput
Gemetar menerjang
Terperosok kedalam gelapnya gulita
Takkan sanggup tuk bernada
Nyanyian malam pun mengiringi perjalanan ini
Senandung puas mengejek kalbu
Raga terkapar jiwa terkurung
Sejenak Menghamba diantara dua sisi

Monday, April 11, 2016

Sang cahya

Pernah kah engkau wahai sang perahu
Meniti derasnya arus yang menghanyutkan mu
Adakah engkau menari wahai bayu ketika
Dirimu ditiup seperti serbuk sebiji
Mengerti kah kau akan sebuah arti ceritanya seorang yang bertelut
Menundukkan wujudnya ke bumi
Berlindung bersama dedaunan berguguran tetapi gelombang tak bersua jua semuanya berpijar indah membakar raga
Aku tak mengapa

Lelah

Tak terhitung waktu telah berlalu kini
Meninggalkan sejenak bayang semu
Diantara reruntuhan puing puing ego yang tercipta olehnya
Membuat lubang menganga dihati kecilku
Gelombang emosi kian menghantui
Menerjang raga busuk ternoda debu emosi
Berbaur diantara temaramnya cerita dunia ini
Sejenak aku kan berhenti meniti jalan ku
Berdiam diantara dua jurang yang membentang luas
Ketika asa pun enggan menghampiri
Jeritan pun seakan menjadi nyanyian merdu
Takkan usai penyiksaan batin ini
Dihantam oleh gelombang badai
Seperti fatamorgana yang berlari mengejar kemana ku melangkah
Hingga ku sembunyikan diri diantara tebing tebing kepalsuan
Mencemooh dakuu yang tak guna
Menolak untuk melindunginya dan pasrah

Saturday, January 16, 2016

Cerita minggu pagi

Hari ini
Sebuah kata bermakna ambigu
Ku terpaku pada keheningan pagi
Menatap ke langit jingga
Melihat nur yang berpijar lembut
Menerpa kulit keriput dalam naungan selembar raga
Sejenak ku merindukan gelap yang meninggalkan diriku
Dan tak ingin beranjak dari tempat ku bergelut tenang
Dan ketika tersadar dari lamunan alam
Cahya mentari mengajak ku menari bersama embun pagi yang indah
Menyebarkan aroma basah menusuk hidung
Terpana daku
Tak berucap dan jeli
Seakan fatamorgana datang menyapa