Thursday, February 16, 2017

Sebuah sesal

Disudut malam aku termangu
Menatap meratap bersama sang bayu
Bertemankan cahaya rembulan malu malu di atas
Tiada kerlip sang bintang
Sepi
Sejenak kulepaskan dahagaku akan kesempurnaan hidup
Belajar memaknai arti cerita kisah abadi
Berlarut larut dan terulang lagi
Menjelma seakan mati dan hidup kembali
Sesal di akhir selalu dan tiada tepian daya
Hanyalah pilu yang menjadi sahabat sejati di pekat gelapnya malam
Tiada pelipur lara masa ini
Tiada lantunan nada kasih buatku hari ini
Semuanya kelam saja
Tak bermakna tak terurai lagi
Semakin kusut tak bertulang jiwaku
Direndam oleh lautan dosa yang indah sekejap
Mati jua penghujungnya tak bersisa
Jalan pun seakan menghilang dari jalurnya
Sedih memang temanku
Pilu menjadi saudaraku
Tak perlu cerita kasihan kau beri padaku
Tak usah kau beri wejangan abadi itu
Aku telah mati sebelum matahari terbenam
Hilang perlahan lahan bersama senja di ufuk barat
Gelap juga akhirnya menjemputku
Menemani langkah menghabiskan sisa waktu ini
Ku hela nafasku yang tinggal sejengkal di sini
Diantara penghujung ilusi semakin kabur dan temaram
Semua hilang sudah
Susah pun menjadi biasa kurasakan kini
Aku mengalah akan hidup semesta kini
Menjelma menjadi bangkai tak berguna
Hanya meninggalkan jejak duka selamanya dan selalu sama
Aku pasrahkan saja akhir jiwa ini
Bersama temaram yang setia mendampingi raga kerdilku
Hancur dan pupus di tiup bayu sepoi sepoi
Semuanya hilang sudah

No comments:

Post a Comment