Monday, December 29, 2014

semangat abadi

asa berlarian di haluan hati
tak bisa digenggam namun jua tak dilihat nyata oleh mata
memandangkan sejuta harapan yang membias ditelan bayang abadi
namun tak pernah hadir di relung hatimu
bagaikan bayu yang melintar dan berlarian bak ombak
peganganku musnah di ujung jariku yang rapuh
menyesal daku melihatnya
namun egoku mengalahkan semua prahara yang melanda batinku menciptakan aral yang tak pernah selesai dan selalu perang di ujungnya
takkan ada bahagia bersama mereka karena aku pun tak mau

penipu hati

akhirnya engkau tertawa wahai periku
tertawa bersama tongkat saktimu yang tak lucu tak juga aneh
namun engkau seperti sempurna memainkan peranmu bersama bayang semu
menarik jiwaku jatuh kepelukan gelapmu
dan hebatnya itu berhasil
engkau menggerogoti hatiku yang rapuh dan membuatnya seperti kembang yang mekar dimalam hari
membalas setiap pelukan hangat malam yang melawan batin
namun aku tahu apa itu
engkau hadir dalam setiap cerita yang kurangkai utuh
menghancurkannya dalam sekejap dengan senyum seringaimu
ragaku kau cabik dan kau hentakkan ke bumi
namun tak kusadari semua
bagaikan madu manis nan abadi kau curahkn keatas ku
membuat asa yang kian menggelora seolah dunia bersamaku
tak kuhiraukan bisikan bayu lagi
hanya engkaulah periku yang memilikiku

syukur

kepada sang pencipta waktu
yang mengatur hidupku menjadi abadi bersamamu
menjalani hari-hariku dengan penuh kejutan yang tak kuduga
merayap bagaikan sulur yang melilit hati dan jiwa
menyatu dalam batin yang bergejolak bak lahar merah jingga
berlaksa emosi ku tak terbendung akan ceritaku yang tak pernah usai
membuat epilog bagaikan voltage yang menyetrum lalu mati
namun tak kunjung usai semua hingga membuat klimaks
dan akupun jatuh

sepucuk surat buat ayah

tak terasa kini
hari semakin tua dan berubah seiring waktu yang menemani
dan senja pun beranjak malam
namun hatiku tetap merasa sepi sendiri
tak tahu mengapa
hanyalah bintang diatas sana yang menemaniku
tiada bulan yang selalu memancarkan aura senyum indahnya
bertemankan sepi hariku kini tanpa bayang dirimu
kelam pun ku lewati bersama sang waktu yang setia bersamaku
sekilas ingatanku melayang mengitari waktu
membawaku mengingat semua memori indah masa kecilku
terbayang-bayang akan awalnya
namun semua tak bisa kugenggam lagi
hanyalah angan yang semakin kabur dan usang dimakan usia
beratapkan kepiluan hati yang merindu terlalu dalam
rindu akan belaian dan hangatnya kasih sayangmu
yang kini hanya kubayangkan bersama bayu yang mengusikku
aku merindukanmu Ayah