Thursday, August 31, 2017

sepanjang waktu

sepanjang waktu yang sudah berlalu kini
menghilang bersama malam yang menyapa setiap jiwa yang kesepian
tiada daya upaya melepaskan diri dari jerat kehidupan yang menghimpit
tiada nada yang mengalun lagi di kumandangkan bersama senja yang samar samar indah di penghujung hari
serentak semua menghilang tak berbekas tak bersuara
gelap kini melingkupi semesta
sepanjang waktu yang semakin kelam dan semakin pudar
dibayangi oleh kepalsuan yang semakin merajalela diantara jiwa murni tak bertuan apapun
tak mampu lagi untuk berdiri diantara kedua kaki kurus kering
terikat bersama rantai yang menjerat erat si manusia hina
bersimpuh dan rebah di haribaan bumi
lelah
sepanjang waktu yang tiada pernah berakhir
dan takkan pernah mampu untuk bermimpi lagi
tak ada lagi lagu semangat pembakar jiwa yang kesepian
semuanya musnah dan hilang tak berbekas
hilang bersama bayu yang bertiup pongah di tengah teriknya sang pemilik hari yang semakin pongah di angkasa
membakar setiap nyawa yang terikat oleh sebuah harapan palsu
tiada memberi mega untuk berlindung dari panasnya dunia
sepanjang waktu yang semakin gelap akankah berakhir?
lihatlah di ujung sana ada sekumpulan mega mendung
akankah dia memberi harapan abadi bersama turunnya rintik rinai hujan yang berlarian mengejar bumi pertiwi
ataukah hanya fatamorgana di tengah gurun gersang di ujung bumi
akankah segalanya bermuara kepada sebuah kepastian
sepanjang waktu yang takkan pernah bisa di ingat oleh seorang jiwa yang tak pernah merdeka

llalang hijau

ilalang hijau di tepian senja bertemankan sepi
pandangan netra berkabut sepi diantara sang waktu yang mengitari
berhembus lembut ditiup sang bayu yang berlalu dengan merdu
ditemani iringan nada alam yang mengalun melintasi raga kerdil di penghujung kelam
sempurna cerita hidup bersama warna lembayung yang mewarnai hari ini
tiada beban lagi kurasakan disini
aku bebas seperti sang ilalang
berada ditepi bukit yang berkumpul menjadi sebuah permadani menghampar disana
mereka bahagia
serentak sang penguasa langit melintasi jagad raya
di kepakkannya sayap yang indah dan menatap pongah ke bumi
dia teriakkan bahwa dialah penguasa dunia ini sekejap
sebelum malam menjemput dan mengubah segalanya menjadi hitam bernoda bintang bintang di atas sana
ilalang hijau di tepi bukit tak bertuankan apapun
namun dia bahagia menari bersama bayu yang mengajaknya meliukkan si tubuh kerdilnya
tiada apapun aral melintang yang menghalangi semangatnya
sempurna

Sunday, August 27, 2017

medan dan ceritanya

sebagai seorang makhluk yang hobi mencuri waktu dengan jalan-jalan ala anak kost dengan memanfaatkan waktu yang sedemikian sempit, namun bisa menjadi sebuah cerita yang sangat berharga akhirnya.
bermula dari ajakan seorang teman untuk mengunjungi sebuah lokasi wisata daerah di kota medan dan menggunakan dana seminimal mungkin dan bagi sebagian orang akan tak percaya bahwa itu bisa terjadi.
kota medan adalah kota sejuta umat dengan kearifan lokalnya yang sangat beragam,semuanya ada dan saling melengkapi satu persatu. dari kuliner sampai bangunannya yang beragam.
saya memulai langkah pertama saya dengan mengunjungi tempat wisata yang sudah terkenal ke mancanegara namun masih kurang dikenal oleh warga lokal medan sendiri,yaitu sebuah gereja katolik annai velangkanni yang berada di daerah tanjung selamat,kota medan sumatera utara
keunikan bangunan gereja ini terletak pada struktur bangunannya yang mirip sekali dengan tempat beribadah umat hindu india.bahkan pendirinya adalah seorang bapak keturunan india tamil.
berlanjut ke tempat lainnya,kali ini sebuah tempat beribadah umat tionghoa yaitu vihara,konon kata orang-orang sekitar bangunan ini sudah lumayan lama berdiri di kota medan namun masih dijaga bentuk bangunannya dan juga areanya yang bersih dan tenang

Tuesday, August 1, 2017

Pudar

Apa bedanya hitam putih dan abu-abu
Mereka hanyalah sekumpulan citra yang samar-samar
Tak dianggap rendah namun juga tak  sempurna
Laksana langit jingga di ujung senja
Indah nian walau hanya sekejap
Berakhir jua jejaknya ketika kelam menjemputnya dan hilang bersama sang waktu yang mengitari
Apalah daya sebuah raga pabila tiada daya upaya
Hanya bertuankan doa bertelut di balik bilik keropos
Berharap badai ian berlalu dari segala cerita nyatanya
Tapi lihat kenyataan yang menghampiri
Perih semakin menyayat di dada
Darah kemiskinan semakin beranak pinak di hadapan bumi
Namun tak juga berujung cerita pedih ini