biarlah...biarlah matahari membakar jiwa mudaku
membuat sebuah fatamorgana yang tak terlupakan
berhasrat ingin menguasai semua jagat raya untuk sesaat
memusnahkan kesepian yang datang membelenggu raga lapar
ingin memaki setiap masa lalu yang suram itu dan tak terulang kembali nantinya bersama bayu
biarlah
berlaga bagaikan sebuah layangan tiada benang melayang entah kemana akan hinggap
tiada kesampaian kepada awan diatas sana
menghiba sesah yang tak termaafkan di setiap cerita sepiku
akankah terulang kembali nanti?
musnahlah engkau wahai pemuja sepi yang merasuk raga keringku
hancur luluh bersama tetesan keringat yang mengalir lembut melewati setiap tikungan tubuh yang ingin melepaskanmu
aku tak ingin engkau mengikuti setiap apa yang terjadi di pikiranku dan membelenggu cerita indahku
musnahlah musnahlah...
Thursday, August 29, 2013
Friday, August 2, 2013
pejuang malam
bercerita di sudut senja menepi bersama
membuahkan sebuah kesan mendalam di penghujung waktu itu
akan sebuah simfoni yang belum usai untuk dituliskan
karena semua telah membisu bersama jejak malam
hanya menyisakan sesal tiada penghujung lagi
membuahkan sebuah kesan mendalam di penghujung waktu itu
akan sebuah simfoni yang belum usai untuk dituliskan
karena semua telah membisu bersama jejak malam
hanya menyisakan sesal tiada penghujung lagi
pujangga
buatmu sang pemuja hati yang gundah...
pabila engkau merindukan sebuah raga yang memikatmu
membawamu kealam bawah sadar di saat engkau mengingininya
sadarilah sebuah jiwa yang tidak disampingmu seolah engkau bersamanya
bagaikan memeluk bulan danbintang disana yang setia bersama malam
tak beranjak hingga awan hitam menyelimutinya
seperti itukah engkau kini?
disaat sang bintang menari lewat kelap-kelipnya
dan bulan bersama indahnya anugerah cahayanya
bersama merajut malam sekan tidak ingin beranjak walau waktu memisahkan
bagaikan tarian yang melangkah tak ingin berhenti
pujangga sang pemuja waktu
pabila engkau merindukan sebuah raga yang memikatmu
membawamu kealam bawah sadar di saat engkau mengingininya
sadarilah sebuah jiwa yang tidak disampingmu seolah engkau bersamanya
bagaikan memeluk bulan danbintang disana yang setia bersama malam
tak beranjak hingga awan hitam menyelimutinya
seperti itukah engkau kini?
disaat sang bintang menari lewat kelap-kelipnya
dan bulan bersama indahnya anugerah cahayanya
bersama merajut malam sekan tidak ingin beranjak walau waktu memisahkan
bagaikan tarian yang melangkah tak ingin berhenti
pujangga sang pemuja waktu
mata elang
bagaikan sinar mentari yang menyilaukan pandangan
menyebarkan cahaya yang tiada henti kepenjuru bumi
berserak bersama iringan bayu senja nan panas
menghantarkan rasa ingin menerjang raga
membuat sesuatu yang tak berarti untuk dimusnahkan
hampa yang tiada penghujung
tajamnya..
sudutnya..
pandangannya seakan ingin menikam setiap yang melintas dari pandangan
meremukkan tulang belulang dan menjadikannya debu yang gugur kebumi fana itu
dan hanya menyisakan lara yang tak pernah berakhir
searah dengan lintasan sang waktu yang ikut mengiringi jejak-jejak sore
seakan tidak ingin berakhir dengan malam yang menjelang
menyebarkan cahaya yang tiada henti kepenjuru bumi
berserak bersama iringan bayu senja nan panas
menghantarkan rasa ingin menerjang raga
membuat sesuatu yang tak berarti untuk dimusnahkan
hampa yang tiada penghujung
tajamnya..
sudutnya..
pandangannya seakan ingin menikam setiap yang melintas dari pandangan
meremukkan tulang belulang dan menjadikannya debu yang gugur kebumi fana itu
dan hanya menyisakan lara yang tak pernah berakhir
searah dengan lintasan sang waktu yang ikut mengiringi jejak-jejak sore
seakan tidak ingin berakhir dengan malam yang menjelang
Subscribe to:
Posts (Atom)